Lulusan SMK Banyak Nganggur, Kenapa?

Ilustrasi: Liputan6.com/Ugiek
Berbicara Sekolah Menengah Kejuruan persepsi kita akan sejenak terfokus pada satu titik dimana focus kita bahawa Siswa SMK merupakan siswa yang memiliki skill yang tinggi sehingga dalam mendapatkan sebuah pekerjaan tak begitu sulit. Namun, persepsi itu seakan menguap tanpa jejak dan saya pun terdiam ketika membaca sebuah berita tentang statistic pengangguran Siswa SMK. Seperti yang dikutip dari Liputan 6. Com yang menjelaskan bahwa lulusan Siswa SMK tidak sesuai harapan, berikut kutipan yang saya dapatkan “Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Sairi Hasbullah menegaskan, berdasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) di Provinsi Jawa Timur hingga Agustus 2015, yang paling tinggi terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni 11,74 persen. Sementara TPK terendah terjadi pada lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu 1,39 persen”.
Pada sektor pendidikan lainnya, Lulusan SMK memiliki tingkat pengangguran yang tinggi disbanding dengan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jatim mencapai 4,43 persen, Sekolah Menengah Atas (SMA) 8,73 persen, Diploma 8,11 persen, dan Universitas 4,99 persen.
Sementara secara nasional, sama seperti Jatim sampai Agustus 2015, tingkat pengangguran yang paling tinggi terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu 12,65 persen. Sementara tingkat pengangguran terendah terjadi pada lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu 2,74 persen
Kondisi ini merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan, mengingat dalam satu bulan lebih ke depan sudah memasuki masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN. Seperti dua mata uang yang berbeda, secara logis siswa SMK memiliki nilai beli tinggi karena siswa SMK sudah dibekali dengan Skill Praktek yang begitu besar yaitu sebesar 60%.
Namun, pengangguran masih melanda lulusan SMK,Kenapa ini bisa terjadi? Seperti yang dikutip dari Detik News.com, Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan, ada beberapa penyebab masih relatif tingginya tingkat pengangguran untuk penduduk dengan tingkat pendidikan SMK. Antara lain karena di Agustus umumnya siswa SMK baru saja lulus. Selain itu Data BPS menunjukkan bahwa kualitas penduduk bekerja semakin membaik.
Hal itu menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama, makin meningkatnya proporsi penduduk bekerja berpendidikan tinggi (meningkat dari 9,79% pada Agustus 2014 menjadi 11,01% pada Agustus 2015). Kedua, semakin menurunnya penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah (menurun dari 64,8% pada Agustus 2014 menjadi 62,30% pada Agustus 2015).
Sementara itu, Anies menambahkan, secara umum pola data TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) selama 2013-2015 menunjukkan bahwa TPT pada bulan Agustus cenderung jauh lebih tinggi (Agustus 2014 sebesar 5,94% dan Agustus 2015 sebesar 6,81%) dibandingkan dengan TPT pada bulan Februari (Februari 2014 sebesar 5,70% dan Februari 2015 sebesar 5,81 %).
Pola ini menurutnya juga dialami oleh TPT untuk penduduk dengan tingkat pendidikan jenjang pendidikan tinggi dan menengah, termasuk sekolah menengah kejuruan (Agustus 2015 sebesar 12,65% dan Februari 2015 sebesar 9,05%).
Dalam kejadian ini, SMK harus terus berbenah dalam rangka memperbaiki dan selalu memperbaiki kompetensi lulusan, dimana diantaranya harus selalu mengupdate IPTEK nya dengan perkembangan dunia usaha/industri. bentuk nyata hal ini adalah perlu ada kerjasama atau kemitraaan yang erat antara SMK dan Industri/Usaha disekitarnya disemua tingkatan (daerah, nasionl, regional, ataupun international). Update yang harus dilakuakan harus multi sektor: selain peremajaan teknologi pada peralatan yang digunakan sebagai praktek; juga update materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan yang ada untuk semakin baik lengkap dan sesuai, juga ketersediaan materi pembelajaran yang lebih memudahkan guru dan siswa untuk mengkases dan berinteraksi seperti misalnya dengan adanya online materi, buku digital (e-book) dll; update metode pendidikan/pembelajaran apakah itu pendidikan yang sudah tidak ada batas ruang dan waktu (pendididikan kapanpun dan dimanapun dengan penerapan teknologi IT), seperti pendidikan jarak jauh, pembelajaran dengan metoda colaborasi , dan lain sebagainya
Selain itu, Semakin berkembangnya jumlah SMK dan jumlah siswanya,  maka pihak pemangku kebijakan dan pelaksana memererlukan pembenahan dan bahkan bila dimungkinkan dapat diciptakan metode pembinaan yang fresh alias baru agar bisa melengkapi metode pembinaan yang ada dan perlu kita pelihara serta perbaiki terus menerus dalam rangka membina SMK menjadi benar-benar sesuai slogannya SMK BISA!! dan antar lintas sektor diperlukan koordinasi dan kerjasama yang erat, baik pusat ataupun daerah, pemerintah maupun swasta, lembaga/badan maupun perorangan (orangtua/masyarakat, siswa, guru, dll)
Lulusan SMK Banyak Nganggur, Kenapa? Lulusan SMK Banyak Nganggur, Kenapa? Reviewed by Unknown on 22.15.00 Rating: 5

Tidak ada komentar

Random Posts