Lulusan SMK Banyak Nganggur, Kenapa?
Ilustrasi: Liputan6.com/Ugiek |
Pada sektor
pendidikan lainnya, Lulusan SMK memiliki tingkat pengangguran yang tinggi disbanding
dengan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jatim mencapai 4,43 persen,
Sekolah Menengah Atas (SMA) 8,73 persen, Diploma 8,11 persen, dan Universitas
4,99 persen.
Sementara secara
nasional, sama seperti Jatim sampai Agustus 2015, tingkat pengangguran yang
paling tinggi terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu
12,65 persen. Sementara tingkat pengangguran terendah terjadi pada lulusan
Sekolah Dasar (SD) yaitu 2,74 persen
Kondisi ini
merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan, mengingat dalam satu bulan lebih ke
depan sudah memasuki masa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas
ASEAN. Seperti dua mata uang yang berbeda, secara logis siswa SMK memiliki
nilai beli tinggi karena siswa SMK sudah dibekali dengan Skill Praktek yang
begitu besar yaitu sebesar 60%.
Namun,
pengangguran masih melanda lulusan SMK,Kenapa ini bisa terjadi? Seperti yang
dikutip dari Detik
News.com, Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan, ada beberapa
penyebab masih relatif tingginya tingkat pengangguran untuk penduduk dengan
tingkat pendidikan SMK. Antara lain karena di Agustus umumnya siswa SMK baru
saja lulus. Selain itu Data BPS menunjukkan bahwa kualitas penduduk bekerja
semakin membaik.
Hal itu
menurutnya bisa dilihat dari dua hal. Pertama, makin meningkatnya proporsi
penduduk bekerja berpendidikan tinggi (meningkat dari 9,79% pada Agustus 2014
menjadi 11,01% pada Agustus 2015). Kedua, semakin menurunnya penduduk yang
bekerja dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah (menurun dari 64,8% pada Agustus
2014 menjadi 62,30% pada Agustus 2015).
Sementara itu, Anies
menambahkan, secara umum pola data TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) selama
2013-2015 menunjukkan bahwa TPT pada bulan Agustus cenderung jauh lebih tinggi
(Agustus 2014 sebesar 5,94% dan Agustus 2015 sebesar 6,81%) dibandingkan dengan
TPT pada bulan Februari (Februari 2014 sebesar 5,70% dan Februari 2015 sebesar
5,81 %).
Pola ini
menurutnya juga dialami oleh TPT untuk penduduk dengan tingkat pendidikan
jenjang pendidikan tinggi dan menengah, termasuk sekolah menengah kejuruan
(Agustus 2015 sebesar 12,65% dan Februari 2015 sebesar 9,05%).
Dalam kejadian
ini, SMK harus terus berbenah dalam rangka memperbaiki dan selalu memperbaiki
kompetensi lulusan, dimana diantaranya harus selalu mengupdate IPTEK nya dengan
perkembangan dunia usaha/industri. bentuk nyata hal ini adalah perlu ada
kerjasama atau kemitraaan yang erat antara SMK dan Industri/Usaha disekitarnya
disemua tingkatan (daerah, nasionl, regional, ataupun international). Update
yang harus dilakuakan harus multi sektor: selain peremajaan teknologi pada peralatan
yang digunakan sebagai praktek; juga update materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan
yang ada untuk semakin baik lengkap dan sesuai, juga ketersediaan materi
pembelajaran yang lebih memudahkan guru dan siswa untuk mengkases dan
berinteraksi seperti misalnya dengan adanya online materi, buku digital
(e-book) dll; update metode pendidikan/pembelajaran apakah itu pendidikan yang
sudah tidak ada batas ruang dan waktu (pendididikan kapanpun dan dimanapun
dengan penerapan teknologi IT), seperti pendidikan jarak jauh, pembelajaran
dengan metoda colaborasi , dan lain sebagainya
Selain itu, Semakin
berkembangnya jumlah SMK dan jumlah siswanya, maka pihak pemangku
kebijakan dan pelaksana memererlukan pembenahan dan bahkan bila dimungkinkan
dapat diciptakan metode pembinaan yang fresh
alias baru agar bisa melengkapi metode pembinaan yang ada dan perlu kita
pelihara serta perbaiki terus menerus dalam rangka membina SMK menjadi
benar-benar sesuai slogannya SMK BISA!! dan antar lintas sektor diperlukan
koordinasi dan kerjasama yang erat, baik pusat ataupun daerah, pemerintah
maupun swasta, lembaga/badan maupun perorangan (orangtua/masyarakat, siswa,
guru, dll)
Lulusan SMK Banyak Nganggur, Kenapa?
Reviewed by Unknown
on
22.15.00
Rating:
Tidak ada komentar