Temu Kangen atau Reuni di Mata Larry Waldman, Phd
Sumber: intisari-online.com |
Apa yang membuat Anda antusias atau merasa malas untuk datang ke acara reuni?
Harus di ingat bahwa Temu
Kangen harus mempunyai tujuan misalnya
saling membantu teman dan atau guru, bertukar pengalaman, wawasan, hobby, olah
raga bahkan kerjasama bisnis ataupun untuk mendapatkan pasangan. Untuk hal
mendapatkan pasangan, penulis pernah menemukan hal yang terakhir ini,
perjodohan bisa terjadi melalui acara Temu Kangen.
Temu
Kangen memiliki sisi positif untuk kesehatan dan keharmonisan hubungan
pertemanan. Temu Kangen bisa dijadikan ajang bersosialisasi guna merekatkan
kembali tali persahabatan. Selain itu juga bermanfaat untuk mengembalikan
peranan seseorang yang mungkin sudah terkikis waktu. Sebuah penelitian
juga pernah mengungkap, ternyata kegiatan santai ini juga bisa membuat orang
berumur panjang. Sebuah penelitian bahkan pernah menemukan bahwa seseorang yang
banyak dikelilingi teman dan saudara kemungkinannya meninggal lebih cepat
berkurang 50 persen dibandingkan mereka yang tidak memiliki kehidupan social.
Sekitar awal tahun 2015, Larry Waldman, Phd, seorang psikolog klinis dan forensik asal Arizona, Amerika, merilis sebuah jurnal yang membahas mengenai sisi psikologis dari sebuah reuni. Waldman menuliskannya berdasarkan pengalaman langsung. Pada musim panas tahun tahun ini, dia dan istrinya, Nan, rencananya akan bersama-sama menghadiri reuni akbar 50 tahun SMA. Kebetulan keduanya merupakan lulusan dari sekolah yang sama, yakni sebuah sekolah di pinggiran kota Milwaukee, Wisconsin, 44 tahun silam.
Sekejap, Waldman dapat mengidentifikasi adanya perbedaan reaksi dalam menanggapi reuni antara dirinya dengan sang istri. Nan, dalam ingatannya, tergolong siswa populer di sekolah. Selain terkenal pintar, dia juga aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Menghadapi acara reuni, Nan antusias. Terbukti Nan bersedia menjadi bagian dari kepanitiaan.
Reaksi Waldman berbanding terbalik dengan Nan. Saat di sekolah dulu, Waldman bukan siswa yang populer. Ia menyebut dirinya tidak masuk ke dalam kelompok apapun, bahkan kelompok “culun” sekalipun. Sejak masuk sekolah sebagai anak baru, psikolog yang juga dosen psikologi di Universitas Northern Arizona ini sudah merasa asing.
“Ayah mendorong aku untuk terlibat lebih dalam dengan sekolah, tapi, seperti kebanyakan remaja, aku pikir dia hanya tidak mengerti,” kata Waldman yang juga menangani psikologi bidang parenting dan asmara. Sebagai informasi tambahan, Waldman dan istri tidak pernah berkencan saat mereka sama-sama masih duduk di bangku sekolah.
“Hal ini membawa saya kembali ke fase canggung. Sebuah emosi yang tidak pernah terhapuskan dan akan tetap bersama kita dalam waktu lama atau mungkin selamanya,” ujar Waldman. “Tidak mengherankan, seperti diungkap banyak penelitian, bahwa nampaknya orang-orang alumni dengan pengalaman masa sekolah yang positif akan lebih mungkin merasa bersemangat menghadiri reuni kelas, terutama reuni kali pertama,” terangnya.
Reuni mempromosikan refleksi diri. Kita merenung dan membandingkan tentang di mana posisi kita dulu dan di mana posisi kita sekarang. Dan seperti melihat sebuah cermin, hari demi hari, selama bertahun-tahun, kita gagal menghargai perubahan tak terelakkan yang sudah terjadi dan yang akan terjadi.
“Setelah menghadiri reuni nanti, perbandingan dapat memuaskan atau menakutkan,” bilang Waldman yang menyarankan istrinya untuk mencari teman-teman yang lebih muda pada acara reuni. “Untuk beberapa orang, datang ke reuni berarti diet, belanja, atau melakukan makeover. Idealnya, berdasarkan pengalaman, reuni seharusnya bukan lagi tentang perbandingan, melainkan tentang menghubungkan (sesama almamater),” kata Waldman.
Sumber: Tempo.co
oleh: Sugiyanto
Temu Kangen atau Reuni di Mata Larry Waldman, Phd
Reviewed by Unknown
on
23.42.00
Rating:
Tidak ada komentar